Sayyidatuna Khadijah yang begitu melimpah hartanya dan beliau kini 
berada dalam keadaan di boikot di lembah Abi Thalib. Tertimpalah mereka 
atas apa-apa yang menimpa. Lapar yang amat sangat luar biasa. Mereka 
lalui dua atau tiga hari tak ada secuil makananpun yang masuk ke perut 
mereka. Bahkan mereka sampai pada keadaan memakan dedaunan yang ada di 
sekitar lembah. Di katakan, nampak pada urat-urat mereka berwarna hijau.
 Sedang pemboikotan tak terjadi seminggu, sebulan atau setahun. 
Pemboikotan berlangsung mendekati waktu 3 tahun dalam keadaan yang 
sangat memprihatinkan ini. 
Setahun berlalu dan Fathimah masuk pada usia 13tahun. Fathimah 
mendekati ibunya melewati tangisan-tangisan bayi dan rintihan anak-anak 
kecil kepada ibunya karena lapar. Sayyidatuna Khadijah dalam keadaan 
lapar dan lemas. Akan tetapi, mereka saling menahan dan menutupi satu 
sama lain agar tidak ada yang cemas. Begitu juga Nabi SAW, beliau 
menampakkan wajah yang cerah padahal beliau dalam keadaan yang sama. 
Agar mereka tak cemas. Subhanallah…….!!!!! Sungguh pemandangan dan 
pelajaran yang indah.
Satu sama lain ingin mengemban tugas risalah kenabian. Rosulullah SAW
 sangat sabar menghadadapi apa yang terjadi. Berlalu hari dan malam.. 
Semua tertidur, mata tertutup dan terdengar teriakan-teriakan.. Aaahk.. 
Aaaah.. Di iringi isak tangis bayi karena lapar. Sebab hari-hari mereka 
lalui di tengah panasnya gurun dan tak ada roti barang secuil yang masuk
 ke perut mereka. Begitu juga keadaan Fathimah dan Ummu Kultsum. 
Rugoyyah sedang bersama suaminya dalam rantauan hijrah ke Habasyah.
Tubuh Fathimah nampak kurus, seolah-olah kulit perutnya menempel 
dengan tulang punggungnya karena sangat lapar. Fathimahdengan sekuat 
tenaga menahan apa yang terjadi demi tegaknya agama. Di satu sisi 
Sayyidatuna Khadijah jatuh sakit. Lemah tak berdaya di tempat tidurnya. 
Sehingga memberi bekas yang sangat menyakitkan bagi Fathimah dan Ummi 
Kaltsum.
Berapa banyak Sayyidatuna Fathimah tidak tidur malam untuk menjaga 
dan melayani ibundany. Nampak suatu perilaku yang sangat mulia dan indah
 dari akhlak Fathimah yang bersumber dari Sang Ibu.
Suatu pelajaran yang seharusnya dan seandainya para wanita di zaman 
sekarang ini mau mempelajari suatu akhlak yang dapat mengangkatnya ke 
derajat yang tinggi.
Sayyidatuna Fathimah setia mendampingi dan duduk di samping ibunya. 
Sayyidatuna Khadijah dalam keadaan lemah, tak dapat bergerak dan 
berbicara. Datang Rosulullah SAW. Merasa dengan kedatangan Nabi SAW, 
Sayyidatuna Khadijah sekuat tenaga menahan segala rasa sakit. Berdiri 
dengan semangat dan menampakkan ketegaran di depan Nabi SAW. Sayyidatuna
 Khadijah berusaha mentupi rasa sakitnya, sehingga tak menambah beban 
Nabi SAW.
Sayyidatuna Fathimah melihat kejadian yang sangat menakjubkan dan 
begitu indah. Terdapat pelajaran yang sangat berharga. Melihat ikatan 
cinta yang agung. Cinta yang luar biasa nan murni. Sebuah rasa dan 
pengorbanan cinta yang tidak mengetahui rasa ini baik di langit ataupun 
di bumi.
Subhanallah…! Seorang istri yang mencintai suaminya sampai ke derajat
 yang agung. Sebuah cinta yang menimbulkan rasa tidak suka jika suaminya
 tahu apa yang sedang terjadi atasnya. Sedang beliau RA dalam keadaan 
sakit parah. Tak ingin menambah beban kesedihan suaminya SAW. Iya.. Tak 
ingin Nabi SAW sedih atasnya.
Fathimah tumbuh dewasa. Masa kecilnya berlalu dalam boikotan. 13, 14, 15 di lalui dalam kesusahan dan derita.
Suatu hari datang Bilal bin Robah ke lembah pemboikotan dengan 
sembunyi-sembunyi. Membawa sepotong roti yang di simpan di ketiaknya 
agar tak di ketahui orang kafir Quraisy. Bilal mendekati dan memberikan 
sepotong roti kepada Nabi SAW. Beliau SAW menyuapi Fathimah, Ummi 
Kultsum serta Sayyidatuna Khadijah dengan penuh kasih sayang.
Keadaan demi keadaan penuh kesusahan telah di lalui oleh Keluarga 
Yang Suci. Keluarga yang di cintai Allah SWT. Akhirnya selesailah 
pemboikotan dengan sebab yang agung.
Sayyidatuna FATIMAH AZ-ZAHRO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar