.marquee0 a, .marquee0 a:visited{ color:#002C54; padding:0 0 0 13px; margin:0 5px; } .marquee0 a:hover{ color:#ee0000; } .marquee1 img{ width:187px; height:180px; } http://4.bp.blogspot.com/-A7M9Y087VyU/TOEGx2SguCI/AAAAAAAABGw/gTzKReIhj_0/s1600/str4.gif

Selasa, 20 Agustus 2013

hakekat kehidupan

Hakikat dunia ini adalah masalah .
Dengan banyaknya masalah maka
terciptalah berbagai lapangan kerja dan
profesi. Right..??
Nah, hakikat masalah yang membebani
kehidupan kita adalah sebuah pesan
yang datang dari Allah swt, sebuah
pesan dari alam bawah sadar kita.
Sebuah pesan yang berbunyi,
"Perbaiki diri, evaluasi diri, Tingkatkan
ketakwaan, & mendekatlah pada-Ku,
jalan menuju kemuliaan dirimu sudah
Aku berikan lewat ujian masalah ini."
Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam
kehidupan ini kita sering mendapatkan
sesuatu yang tidak kita sukai. Oleh
karena itu daripada memendam sakit
hati kepada kehidupan, adalah lebih
baik bila kita belajar untuk menyukai
apapun yang kita dapatkan. Dengan
menerapkan sikap ini kita sudah
merubah posisi diri kita, yaitu bila kita
suka berkeluh kesah ataupun marah-
marah atas segala masalah kehidupan
kita. Maka saat itu posisi diri kita adalah
sebagai KORBAN. Sebagai object yang
tidak berdaya mengahadapi kondisi dan
situasi yang tidak menyenangkan.
Nah, alih-alih berkeluh kesah. Bukankah
lebih baik Kita terima saja dengan ikhlas
segala keadaan itu, toh... itu adalah
situasi yang dimana kita sudah dalam
posisi tidak bisa untuk menghindarinya.
Mau tidak mau situasi itu harus kita
lalui... Nah, dengan merubah sikap kita
tersebut. Posisi kita berubah dari
sekedar KORBAN , kita sekarang menjadi
PELAKU atau Subject. Sebagai pelaku,
maka kitapun punya kemampuan untuk
merubah Masalah menjadi Berkah.
Pandangan kita akan berubah, tidak lagi
memandang masalah sebagai sebuah
beban . Namun memandang masalah
sebagai sebuah kesempatan untuk
memperbaiki kualitas kehidupan kita.
Sebuah kesempatan untuk
memperbaiki keadaan, dan menghapus
kesalahan di masa lalu. Sehingga dengan
begitu kita malah bisa mengucapkan puji
syukur kepada Tuhan, atas masalah yang
diberikan kepada kita. Yang dengan
masalah itu bisa menjadi sebuah batu
pijakan untuk kita meraih kesuksesan di
masa mendatang. Inilah, ciri-ciri
karakter orang-orang Sukses yang harus
juga kita miliki.
Life is Never Flat
Kehidupan di dunia tidak pernah datar
dan lurus-lurus saja. Life is never flat
and life is never straight. Pengusaha
sukses tidak akan selamanya sukses
suatu saat ia harus besiap menghadapi
kerugian. Pelajar yang pintar nan cerdas
tidak akan selalu mendapatkan nilai di
atas rata-rata, suatu saat ia harus siap
dengan nilai yang tidak memuaskan.
Orang yang badannya selalu sehat,
harus siap jika suatu hari tubuhnya
dilanda kesakitan. Di suatu waktu,
kebahagiaan tiba memenuhi ruang di
dalam hati, tapi di lain waktu seseorang
harus siap ketika kesedihan kunjung.
Ini adalah wujud bahwa semua yang ada
di dunia ini diciptakan oleh Allah swt.
secara berpasangan dan semuanya tidak
pernah diam dalam suatu keadaan.
Terus berputar, silih berganti.
Dua Macam Ujian
Kita sering merasa bahagia jika yang
terjadi pada diri kita adalah sesuatu
yang kita harapkan, sesuatu yang kita
inginkan dan kita cita-citakan. Kaya raya,
bisnis sukses, memiliki tubuh yang
selalu sehat, memiliki keluarga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah. Itu
adalah beberapa contoh harapan dan
keinginan hidup.
Sebaliknya, kita merasa sengsara, sedih,
dan berduka ketika mendapatkan segala
hal yang tidak kita inginkan. Misalnya,
sakit. Siapa yang mau sakit? Tidak akan
ada kan, karena semua orang hanya
menginginkan sehat. Misalnya juga
bangkrut. Siapa pengusaha yang ingin
usahanya gulung tikar? Oh... tidak bisa!
Begitu kata Sule, he...he...he... Atau
tidak lulus Ujian Nasional (UN) yang
momok menakutkan bagi para pelajar
kelas IX dan XII. Saya kira tidak ada
pelajar yang ingin gagal UN, semuanya
pasti hanya menginginkan satu kata saja
tidak yang lain yaitu L-U-L-U-S alias
lulus.
Islam memandang bahwa bagaimana
pun kondisi yang sedang terjadi, semua
adalah ujian kehidupan. Mau
kesenangan atau kesengsaraan, mau
kebahagiaan ataupun kesedihan, dua hal
ini adalah ujian. Dan, memperkuat
realitas tersebut, Ibnu Abbas
mengungkapkan bahwa sesungguhnya
dunia adalah ruang ujian. Innaddun-yā
dārul balā. Demikian tegasnya.
Namun, kebanyakan manusia baru
merasa sedang diuji oleh Allah
ketika mendapatkan sesuatu yang
tidak diharapkan kedatangannya.
Jika ini terjadi pada diri seseorang,
Umar bin Khathab lebih dahsyat
menegaskan bahwa orang tersebut
adalah makhdū’un ‘an ‘aqlihi,
tertipu oleh akalnya sendiri.
Pertanyaan saya adalah,
mungkinkah ada orang yang tertipu
oleh akalnya sendiri? Jika ada,
orang tersebut adalah orang yang
sangat bodoh. Dan label ini
diberikan Umar putra Khathab
kepada orang yang tidak merasa
sedang diuji oleh Allah dengan
segala bentuk kesenangan hidup. hakekat kehidupan